Sunday, 27 February 2011


Dahulu kala di negeri Cina, ada seorang gadis bernama Li-Li. Ia baru menikah dan tinggal di rumah mertuanya. Singkat cerita Li-Li merasa tidak cocok untuk tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Karakter mereka sangat berbeda jauh. Li-Li tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari, buklan berganti bulan. Li-Li dan ibu mertuanya tak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang makin membuat kesal Li-Li adalah adat kuno cina yang mengharuskan ia untuk selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati semua kemauannya. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-Li, seseorang yang berjiwa sederhana.

Akhirnya Li-Li tidak tahan lagi melihat sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya. Dan dia bertekad untuk malakukan sesuatu. Li-li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu Dib Jun Pyo yang mempunyai Toko Obat China. Ia menceritakan situasi dan minta di buatkan ram uan racun yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya.

Jun Pyo berpikir keras sejenak. Lalu berkata,” Li-li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan.” Li-li berkata,” okey pak Jun, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakana, lantas.. apa yang harus ku perbuat??”. Jun berkata,” tunggu sebentar!!” jun masuk kedalam, tak lama kemudian, ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. Ia berkata kepada Li-li,” kau tidak bias memakai racun keras yang memetikan seketika, untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu dapat membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu , saya berikan kamu beberapa ramuan dari tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya.” jun melanjutkan,” setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini kedalamnya. Lalu supaya tidak curiga saat ia mati nanti, berhati-hati sekali dan bersikap bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya dan perlakukan dia seperti ratu.”
Li-li sangat senang. Ia berterima kasih dengan Dib Jun Pyo dan berburu-buru pulang ke rumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya. 

Minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu, setiap hari li-li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak yang sudah ‘dibumbuinya.’ Ia mengingat semua petunjuk dari Jun tentang hal untuk mencegah kecurigaan. Maka ia mulai untuk belajar mengendalikan amarahnya, menaati perintah ibu mertuanya, dan memperlakukannya selayaknya ibu kandungnya sendiri.

Enam bulan sudah terlewati, suasana di dalam rumah itu berubah secar drastic. Li-li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah kesal atau marah. Ia tidak lagi pernah berdebat dengan ibu mertuanya selama enam bulan, dan kini ia mendapati bahwa ibu mertuanya kini tampak ramah padanya. Sikap ibu mertuanya sudah berubah, mulai mencintai Li-Li seperti puterinya sendiri. Beliau menceritakan pada sanak familinya dam kawan-kawanya bahwasanya Li-Li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh. Li-li dan ibu mertuanya saling meperlakukan satu dama lain seperti layaknya seorang ibu dan anaknya. Suami Li-li sangat bahagia menyeksikan semua yang terjadi.

Suatu hari, Li-li pergi menjumpai kepada Dib Jun Pyo sekali lagi. Ia berkata,” Pak Jun, Tolong aku untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membunuhnya, tolong beri aku penawarnya!”,”Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang sangat baik, sehingga aku sangat mencintainya, seperti cintaku kepada Ibuku sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan kepadanya.”

Jun Pyo tersenyum. Ia mengangguk-nganggukkan kepalanya. “ Li-li tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah member kamu racun. Ramuan yang telah ku berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau dan ramuan penyedap rasa, agar menambah nafsu makan beliau, satu satunya racun yang ada adalah yang tedadapat dalam pikirannmu sendiri, dan di dalam sikapmu terhadapnya,…”,
”…tetapi seemuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya.”

0 comments:

Post a Comment

terimakasih ^_^