Kesabaran adalah salah satu kunci keberhasilan dalam pekerjaan apapun, apalagi dalam menghadapi rintangan dalam mencari ilmu. Sangat dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi dan tidak mudah putus asa. Shabr merupakan sifat manusia yang membedakan antara mereka dengan hewan karena dalam setiap tindakan manusia dengan akalnya dapat merenungkan dan menimbang tindakannya dengan akal pikiran, sementrara hewan dalam setiap tingkahnya yang bertindak hanyalah nafsunya.[1]
Bagi seorang pelajar ataupun santri yang belajar dalam pesantren dan di sekolah-sekolah lainnya, kalau ingin beruntung dengan kesuksesan dan keberhasilan dalam mencari ilmu maka maka dia harus sanggup bersabar dalam belajar, dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, sabar dalam berdisiplin, sabar dalam menerima kritikan. Tidak boleh marah kalau dinasehati guru-gurunya. Sabar kalau lagi dihukum ketika melanggar peraturan, sabar dalam meninggalkan kemauan-kemauan nafsu diri pribadi yang mengajak kepada kemalasan dan penyakit hati lainnya.
Begitu pula bagi seorang pengajarnya tidak hanya bisa menyuruh dan menyeru kapada anak didiknya untuk bersabar. Namun dirinya dalam mengajar juga harus sanggup bersabar dalam menghadapi keanekaragaman sifat dan bentuk anak didiknya, dan juga terhadap berbagai macam kritikan dari siswa maupun wali murid dan dari kalangan sesama guru sendiri. Sungguh suatu hal yang tidak patut dicontoh bila seorang pengajar menyerukan untuk bersabar kapada seorang murid sedang ia tidak bersabar. Sedangkan pada hakikatnya seorang guru itu harus menjadi suri tauladan yang baik menjadi cermin bagi murid-muridnya. Selain dalam hubungan antara murid dengan guru, seorang guru harus sabar dalam berinteraksi dengan sesama guru maupun kepala sekolah. Harus dapat menjaga keharmonisan dengan sesama guru.
Sering kita dengar “ Orang Sabar Pasti Subur” dan juga “ sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keberuntunganmu.” Maka barang siapa yang ingin beruntung dengan mendapatkan keberhasilan maka ia harus bersabar dalam proses belajar dan mengajar. Tidak hanya mampu mengatakan :
من صبر ظفر الصبر يعين على كل عمل : tanpa adanya mengaplikasian dalam praktek kehidupan sehari-hari. Karena ilmu itu tidak sekedar materi yang cuman harus di hafal namun juga diamalkan.
[1] Abi Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, (Beirut:Darr al Kutub,tt), hlm. 62. Ibnu Qudamah, Minhajul Qhosidin: Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta:Pustaka Lautsar,1997), hlm. 336, dikutip juga oleh Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi:Tela’ah atas Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Moslow, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 43-44.
0 comments:
Post a Comment
terimakasih ^_^