Wednesday, 15 December 2010

Definisi sahabat
Shahabat menurut bahasa diambil dari kalimat shuhbah yang berarti persahabatan. Di gunakan untuk setiap orang yang bersahabat dengan orang lain baik lama maupun tidak. Sedangkan jumhur ulama mendevinisikan shahabah sebagai berikut:
كلّ مسلم رأى رسول اللّه ص م          
“Setiap muslim yang dapat melihat Rasullulloh s.a.w.”[1]
B.   Peran Shahabat dalam periwayatan hadis.
Urgensi sahabat berkaitan dengan rangkaian  periwayatan yang diderivikasikan dari Rasulullah Saw diriwayatkan bahwa sahabat adalah transmiter awal yang menyalurkan informasi nilai-nilai relegius kepada generasi yang berikutnya. Tanpa sahabat, informasi penting tentang agama tidak akan sampai: kepada generasi pasca sahabat

Shahabat sangat berperan penting dalam periwayatan suatu hadis. Hal ini dikarenakan shahabat adalah merupakan generasi awal yang hidup semasa Nabi dan hidup bersamanya. Shahabat sangat antusias dalam memegang teguh sunnah, kebaikan peneladanan mereka kepada Rasul SAW. Shahabat sangat antusias menjaga hadist dari berbagai penyimpangan dan kekeliruan, dengan cara hati-hati meriwayatakan dan cermat dalam menerimanya (selektif)[2], seperti kehati-hatian shahabat Abu Bakar dan Umar dalam mereka dalam menerima hadis  dengan menuntut adanya saksi, begitu pula sahabat-sahabat lainnya.
Para shahabat yang meriwayatkan hadis dari Rasul SAW, membawa kepada kita syariat yang hanif dan menyampaikan kepada generasi sesudah mereka, baik berupa perbuatan maupun segala aktivitas Rasul.mereka adalah orang-orang terpercaya yang menyelamatkan syari’at islam yang cemerlang dengan menyampaikan kepada tabi’in. kemudian tabi’in menyampaikan kepada generasi sesudahnya. Begitu seterusnya sampai kepada kita dalam keadaan sempurna berkat karunia dan penjagaan Allah SWT.[3]
C.   Argumentasi tentang kullu shahabah ‘udul
Berkanaan dengan sahabat ada yang menunjukkan mereka harus di nilai adil dan berada pada tingkat ketsiqqahan dan keterpercayaan. Allah s.w.t dan Rasulullah s.a.w telah men-tazkiyah-kan mereka, serta umat islam yang juga menerima hal ini secara bulat.  Disini ada beberapa dalil tentang sifat adil sahabat, diantaranya sebagai berikut:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Pada surat al imron ayat 110, Allah SWT berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Dan masih banyak lagi dalil-dalil mengenai itu seperti dalam surah al-anfal ayat 74, al-hasyr ayat 8-10, al baqarah ayat 143,
Dan berikutnya dalil tentang keadilaan para sahabat dari sunnah:
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Kudriy, katanya Rasulluloh SAW bersabda:
لا تسبوا أصحابي فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه
janganlah kalian mencaci salah seorang di antara sahabatku karena salah seorang diantara kalian, seandainya menginfakkan emas sebesar gunung uhud, maka tidak akan dapat menyamai satu mud (yang dinafkahkan) oleh salah seorang diantara mereka dan tidak pula separuhnya.
Kemudian dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ,dari Abdullah bin Mas’ud r.a dari Nabi s.a.w, bahwasanya beliau bersabda  :

          خيرالقرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يفشوا الكذب
Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudin generasi sesudah mereka, kemudin generasi sesudah mereka, dan kemudian mereka menebarkan kedustaan.
Hadis ini shahih, diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim serta yang lain dengan redaksi yang beragam. Dan masih beberapa hadis lainnya yang menerangkan perihal keadilan shahabat. Wallahu a’lam.


[1] Hasbi Ash-shidieqi, Pokok Pokok Ilmu Dirayah Hadits.(Jakarta: Bulan Bintang, 1981)hlm 141
[2] Muhammad Ajaj al-Khatib, Ushul Hadis. Pokok-pokok Ilmu Hadis (Jakarta : Gaya Madia Pratama,2007)hlm 84
[3] Muhammad Ajaj al-Khatib, Ushul Hadis. Pokok-pokok Ilmu Hadis…….hlm 84

0 comments:

Post a Comment

terimakasih ^_^