Tuesday, 12 April 2016

Berbicara mengenai hermeneutika tentunya akan panjang lebar tentang bagaimana seni menginterpretasi sebuah teks dan dalam kalangan Islam sendiri banyak menuai pro-kontra. Ada yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan sebuah alternatif metode penafsiran, ada pula yang bersikap antipati karena metode tersebut berasal dari Barat. 

Secara garis besar hermeneutika tak lepas dari tiga komponen dalam manginterpetasi suatu teks yang biasa disebut dengan triadik herhemeutik. Antara lain Text, Author dan Readers.  Nah di sini saya mencoba menjabarkan tren hermeneutik.  

Secara umum, terdapat tiga tren interpretasi dalam hermeneutika ke-Islam-an. Pertama, interpretasi yang berpusat kepada pengarang (author), bahwa makna yang benar adalah arti yang dimaksudkan oleh pengarang. Ini melahirkan interpretasi literal yang merujuk pada otoritas keagamaan yang ada. Dalam konteks Al-Qur’an, yang paling banyak mengetahui maksud pengarang adalah Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Tabi’in, dan para ulama berikutnya. Tanpa bantuan otoritas keagamaan tersebut pembaca akan sulit mengetahui maksud author (syari’). Sedangkan dalam konteks hadis yang merupakan teks sekunder, maka otoritas pemaknaan ada pada Sahabat, Tabi’in, dan ulama. Tanpa bantuan mereka, seorang pembaca tidak akan mampu memahami teks-teks secara objektif.
 
Kedua, interpretasi yang berpusat pada teks, bahwa makna teks ada pada teks itu sendiri. Di sini berarti pengarang tidak berperan dan tidak terlalu penting artinya dalam artian bahwa penulis di sini tidak begitu berarti sehingga teks independen, otoritatif, dan juga objektif.
 
Ketiga, interpretasi yang berpusat pada pembaca, bahwa makna teks adalah apa saja yang mampu diterima dan diproduksi oleh pembacanya. Dengan kata lain, pembaca mempunyai otoritas dalam menafsirkan teks atau memutuskan suatu hukum. Di sini teks tergantung pada apa yang diterima dan diproduksi oleh penafsirnya sehingga teks bisa ditafsirkan ke arah yang difungsikan oleh pembaca.

Sumber : Moch. Nur Ichwan,“Teori Teks dalam Hermeneutika Qur’an Nashr Hamid Abu Zaid”, dalam Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsudin (ed.), Studi Al-Qur'an Kontemporer: Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir .


ilustrasi teks, sumber: google

0 comments:

Post a Comment

terimakasih ^_^