Thursday, 24 October 2013

Ini merupakan artikel yang saya salin dari Gus Qadir yang ia tulis di facebook. 
ini dia gus e
 teman seperjuangan di kamar  "al-Khaliq" di pondok PPAM Al-Muhsin, sekaligus guru semasa di pondok. 


Ulama dan "Kiai" itu berbeda...

Ulama adalah gelar akademis yang didapatkan karena khazanah keilmuan yang dimilikinya, baik yang mutabahhir ataupun yang mutafannin..

Sedangkan "Kiai" adalah gelar dari masyarakat yang diberikan karena keluasan dan kedalaman ilmunya, serta karena pengabdiannya untuk masyarakat di sekelilingnya...

Banyak dari dosen, pengajar, guru besar universitas di bidang ilmu-ilmu agama, tapi hidupnya seakan terpisah dari kehidupan masyarakatnya.....
Dia memiliki dunia lain, sehingga tetangganya dan orang di sekelilingnya tak mampu menjangkau peradaban yang ia impikan dalam tulisan-tulisannya...
Ia sukses besar dalam menjelma sebagai seorang ulama, tapi sayangnya belum mampu menerjemahkan keilmuannya untuk pengabdian yang lebih nyata...

Di tempat berbeda, ada seorang alim yang tidak selalu menampakkan ketinggian ilmunya, ia mampu menurunkan standar logikanya yang melangit untuk kebaikan dan kemanfaatan dirinya bagi sekitarnya...
Kategori inilah yang disebut "KIAI"...
Yang siap setiap detiknya dicurhati berbagai permasalahan dan bersedia memberikan pandangannya yang bijak bagi setiap persoalan yang dikeluhkan....
Ia pun mengajar, dengan argumentasi dan hujjah yang tidak kalah melangit dari guru-guru besar tadi, karena itulah sebagai tanggung jawab seseorang yang dikaruniai pengetahuan...
Waktunya, pemikirannya, tenaganya, dan (jikalau ada) hartanya, bahkan nyawanya ia dermakan dan wakafkan li mashlahatil ummah..

Mungkin banyak ulama-ulama itu, tapi semakin sedikit kiai-kiai itu...

Bukan kiai yang lebih mementingkan siyasah daripada jama'ah...
Bukan kiai yang lebih memprioritaskan bisyaroh daripada musyawaroh...
Bukan kiai yang lebih suka pujian daripada hinaan...
Bukan kiai yang lebih memilih pangkat daripada tirakat....

Karena Kiai, hanya mereka yang selalu memikirkan ummat dibandingkan sego berkat...

Semoga bermanfaat...


"aku berfikir maka aku ada (socrates)"

9 comments:

  1. hahahahah sego berkat enak lo pak Kyai, mosok gak gelem? Gelem lah ya hahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha nak di paringi nggeh purun, tapi nggeh mboten ngarep :D

      Delete
  2. Aku berpikir, maka aku ada itu qaul Descartes, bukan Socrates gus..Cogito Ergo Sum :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. owh iya deh :D sokrates itu yang bilang "orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tau" ya gus.. :D

      Delete
  3. Aku berpikir, maka aku ada itu qaul Descartes, bukan Socrates gus..Cogito Ergo Sum :)

    ReplyDelete
  4. tapi ada juga yang menganggap kiai tanpa ada santri, orang tua dullu ada yang bisa menyembuhkan sesuatu atau punya kelebihan dan pasiennya pun juga banyak akan tetapi dia adalah haji... tapi persepsi masyarakat mengenalnya dengan kiai

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas,, thanks informasinya.. saya juga pernah menemui yang kaya gitu,, :)

      Delete
  5. berarti beda, ulama pandangan agama Islam dengan pandangan orang Indonesia ? berarti Ulama seperti Imam Syafi'i hanya mementingkan diri sendiri dan tidak bermasyarakat karena tidak disebut kiai seperti di Indonesia? padahal orang Indonesia banyak yang bermashab kepada Beliau, Aneh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. "berarti beda, ulama pandangan agama Islam dengan pandangan orang Indonesia ? "

      Ulama pandangan agama Islam dengan orang indonesia? Pandangan agama islam yang mana siapa? orang indonesia banyak yang beragama islam, dan tidak semua orang islam itu beragama indonesia. ^_^

      berbicara mengenai kata "Kiai" sendiri tentunya akan menuju pada konteks keindonesiaan khususnya Jawa.... no else..

      Delete

terimakasih ^_^